Seperti tahun lalu, setelah sholat Ied, kami ke SD Putra, untuk menghadiri acara Qurban di sana.
Aku, Asyila, dan Nadira ke SD, mamanya tidak ikut karena masih sakit.
Asyila di sini ikut qurban kambing atas nama mamanya.
Nadira ikut karena pasti dia senang bermain melihat kambing dan sapi di sana.
Setelah sambutan dari kepala sekolah, acara dilanjutkan.
Bangga juga karena aku yang dipercaya untuk secara simbolis menyerahkan kambing dari orang tua murid ke panitia Qurban.
Untuk tahun ini, SD Putra lumayan juga, Sapi=2, dan Kambing=23, memang menurun dibanding tahun lalu, tapi yang penting dagingnya bisa untuk dibagikan ke para fakir miskin, dan sebagai sarana pembelajaran bagi para murid untuk "berbagi" dan peduli kepada fakir miskin.
13 Desember 2008
12 Desember 2008
Hi Fi yang canggih
Jaman sekarang barang elektronik sudah sangat canggih.
Tape deck (dulu namanya) hanya untuk memutar kaset, kadang digabung dengan radio, dan juga CD/DVD.
Kini, Hi Fi namanya, selain yang di atas tadi, dia menyediakan port masa kini, yaitu port USB dan port untuk memory card.
Jadi, kebayang khan USB dan memory card yang bisa nyimpan ratusan lagu bisa dicolok ke Hi Fi, waaah, puas deh ndengerin lagu, dan sekalian bisa karaoke. Keluarga jadi senang.
Asyila sedang berkaraoke. Hi Fi-nya yang sebelah TV.
Dan ini Nadira sedang berkaraoke.
Tape deck (dulu namanya) hanya untuk memutar kaset, kadang digabung dengan radio, dan juga CD/DVD.
Kini, Hi Fi namanya, selain yang di atas tadi, dia menyediakan port masa kini, yaitu port USB dan port untuk memory card.
Jadi, kebayang khan USB dan memory card yang bisa nyimpan ratusan lagu bisa dicolok ke Hi Fi, waaah, puas deh ndengerin lagu, dan sekalian bisa karaoke. Keluarga jadi senang.
Asyila sedang berkaraoke. Hi Fi-nya yang sebelah TV.
Dan ini Nadira sedang berkaraoke.
Label:
Barang Baru,
Canggih,
Di Pondok Bambu,
Elektronik,
Karaoke
Cacar air lagi
Waduuuh, sebulan sudah berlalu, tapi ternyata topiknya masih seputar cacar air.
Pertama Asyila yang kena cacar air. Selama seminggu dia tidak boleh masuk sekolah, walaupun tidak lemah tetap tidak boleh masuk, kalau dipaksain masuk sekolah, sama saja membiarkan temannya tertular, karena penularannya adalah melalui udara.
Seminggu berlalu, dan saat Asyila sudah 90% pulih, sayang sekali Nadira adiknya ternyata ketularan. Gantian dia yang cacar air. Ke dokter lagi, IGD lagi, dr. Specialis anak lagi. hapal rasanya apa yang dikatakan dokter karena baru saja ngurusin kakaknya yang sama sakitnya.
Sepertinya sakit bukan yang diinginkan, tapi, ambil hikmahnya saja, sekali mereka sakit cacar air, Insya Allah, untuk selanjutnya jadi kebal terhadap cacar air.
Setelah Asyila dan Nadira kena, hal yang tidak disangka-sangka, istriku Endang, pas waktu itu mau pulang ke Jakarta dari tugas di Medan (5 Desember 2008), "Mas, nanti sampai di Jakarta malam, 21:00, kita langsung ke dokter ya". "Iya" kataku. Setelah istriku pulang, dilihat, ternyata sudah keluar bintik-bintik cacar air. Malam itu juga kami ke dr. Ternyata benar... cacar air. Ya, semoga lekas sembuh lah. Diberi obat , tapi hanya sedikit.
Dua hari berlalu, obatnya ternyata kurang manjur, lalu kami ke Yadika Pondok Bambu, untuk berobat lagi, diberi obat yang lebih lengkap, dan wanti-wanti, kalau belum sembuh benar, jangan masuk kantor dulu, kasihan teman lainnya.
Jadi kini, kedua anakku udah sembuh, istriku, masih masa penyembuhan.
Aku, ya, alhamdulillah, bisa menjadi orang yang berguna, ngurusin yang sakit, dan... semoga tidak ketularan.
Pertama Asyila yang kena cacar air. Selama seminggu dia tidak boleh masuk sekolah, walaupun tidak lemah tetap tidak boleh masuk, kalau dipaksain masuk sekolah, sama saja membiarkan temannya tertular, karena penularannya adalah melalui udara.
Seminggu berlalu, dan saat Asyila sudah 90% pulih, sayang sekali Nadira adiknya ternyata ketularan. Gantian dia yang cacar air. Ke dokter lagi, IGD lagi, dr. Specialis anak lagi. hapal rasanya apa yang dikatakan dokter karena baru saja ngurusin kakaknya yang sama sakitnya.
Sepertinya sakit bukan yang diinginkan, tapi, ambil hikmahnya saja, sekali mereka sakit cacar air, Insya Allah, untuk selanjutnya jadi kebal terhadap cacar air.
Setelah Asyila dan Nadira kena, hal yang tidak disangka-sangka, istriku Endang, pas waktu itu mau pulang ke Jakarta dari tugas di Medan (5 Desember 2008), "Mas, nanti sampai di Jakarta malam, 21:00, kita langsung ke dokter ya". "Iya" kataku. Setelah istriku pulang, dilihat, ternyata sudah keluar bintik-bintik cacar air. Malam itu juga kami ke dr. Ternyata benar... cacar air. Ya, semoga lekas sembuh lah. Diberi obat , tapi hanya sedikit.
Dua hari berlalu, obatnya ternyata kurang manjur, lalu kami ke Yadika Pondok Bambu, untuk berobat lagi, diberi obat yang lebih lengkap, dan wanti-wanti, kalau belum sembuh benar, jangan masuk kantor dulu, kasihan teman lainnya.
Jadi kini, kedua anakku udah sembuh, istriku, masih masa penyembuhan.
Aku, ya, alhamdulillah, bisa menjadi orang yang berguna, ngurusin yang sakit, dan... semoga tidak ketularan.
Label:
Di Pondok Bambu,
ke dokter,
obat,
Sakit
Langganan:
Postingan (Atom)